Pada masa sekarang masih adakah yang mau berkata jujur? tidak perlu di jawab kalau akhirnya akan membawa kita kepada beban hidup yang sangat berat. ya memang, berat! mengapa? karena kejujuran berarti meredam kebohongan dengan meredam kebohongan anda mencegah kemunafikan.
Sulit memang untuk selalu berkata jujur dan bicara apa adanya kepada orang lain. Namun, mungkin itu jalan yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain agar diri kita dan orang lain dapat berpikir dalam berbuat dan bertindak. Akan tetapi jangan juga terlalu apa adanya karena takut ada orang lain yang tersinggung dengan ucapan kita, kita harus pandai menyikapi dalam berkata jujur. Kebiasaan berkata jujur adalah cermin orang bermartabat, baik di hadapan manusia apalagi di hadapan Allah SWT. Hidup menjadi tenang dan terarah.
Cobalah anda perhatikan oang yang selalu berkata jujur, tutur katanya sopan tidak memaksa dan pembawaannya tenang, akan tetpi lain dengan orang yang suka bohong. seakan kebohongan menjadi senjata yang ampuh dalam menghindar dari satu masalah yang pada akhirnya akan merugikan dirinya sendiri. Sebarkanlah budaya jujur di manapun dan kapanpun untuk siapapun agar semua orang dapat merasakan kebahagiaan dari manfaat berkata jujur.
Jadi pedagang, peagang yang jujur, jadi pegawai, pegawai yang jujur, jadi pejabat, pejabat yang jujur, jadi pemimpin, pemimpin yang jujur. Agar masyarakat atau rakyat ini menjadi tenang dan makmur. Bukan malah sebaliknya ada yang mengatakan hidup jujur tidak makmur, itu pandangan yang salah. Karena kalau kita jujurapapun pekerjaan kita, maka kita akan disenangi oleh banyak orang. Akan tetapi sebaliknya bila kita selalu berbuat bohong, maka akan membuat hati resah dan selalu merasa salah karena selalu berbuat bohong.
Kebohongan akan mendekatkan diri kepada kemunafikan, kemunafikan akan membawa kita kepada kesengsaraan, kesengsaraan membawa kita kepada kebodohan, kebodohan akan membawa kita kepada kekufuran, kekufuran membuat kita jaugh kepada Allah SWT, kalau kita sudah jauh dari Allah SWT maka Allahpun akan jauh pula dari hidup kita. Kalau sudah begini yang ada adalah kesengsaraan dunia jelas apalagi di akhirat kelak.
Semoga dengan kejujuran yang tertanam pada diri manusia, apapun permasalahan hidup yang kita hadapi akan terasa ringan. Baik kehidupan rumah tangga, bermasyrakat dan juga bernegara. Dan seandainya para petinggi kita yang sedang mengurusi kasus bank century mau jujur maka keputusan yang akan di ambil pada final nanti akan memberikan dampak yang positif bagi kemajuan Indonesia dalam menuntaskan kejahatan intelektual maka bukan saja rakyat yang merasa di untungkan akan tetapi yang berani berkata jujur pasti akan mendapat manfaat
positifnya.
Mudah-mudahan Indonesia masih mempunyai orangorang yang mau berkata jujur, jujur bukan saja dalam mengungkap suatu permasalahan, akan tetapi jujur dalam segala bidang . Pedagang, pegawai dan pemimpin dan pejabat. Yang memimpin harus lebih jujur dari yang dipimpin bukan sebaliknya. Jadilah pejabat dan pemimpin yang jujur, jujur dengan jabatannya tidak hanya untuk kepentingan pribadi atau golongannya akan tetapi jujur untuk semua lapisan masyarakat yang telah memilihnya dengan rasa jujur dan bertanggung jawab. Karena ingat pertanggungjawaban bukan hanya di hadapan manusia akan tetapi di hadapan Allah SWT yang Maha Adil dan Bijaksana dalam memutuskan hukuman-Nya.
Manfaat Kejujuran
Jujur merupakan sikap terpuji yang dianjurkan oleh agama, ia selalu bersanding dengan kebenaran yang harus dikawal dan ditegakkan, bahkan Allah SWT menyebut diri-Nya dengan Al-Haq yang artinya Maha Benar.
Begitu juga para nabi dan Rasul-Nya selalu mempunyai sifat Ash-Shidq yang berarti jujur.Jujur mempunyai banyak manfaat dan khasiat bagi pelakunya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Kali ini, setidaknya akan diuraikan enam manfaat bagi orang yang jujur dalam perkataan maupun perbuatannya.
Pertama, perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat pelakunya menjadi tenang karena ia tidak takut akan diketahui kebohongannya. Baginda Rasul SAW bersabda, ‘’Tinggalkanlah apa yang meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu, sesungguhnya jujur adalah ketenangan sedangkan dusta adalah keraguan.’’ (HR Turmudzi dari riwayat Hasan bin Ali).
Kedua, mendapatkan keberkahan dalam usahanya. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Dua orang yang berjual beli mempunyai pilihan (untuk melanjutkan transaksi ataupun membatalkannya) selama mereka belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan barangnya maka akan
diberkahi jual beli mereka, dan jika mereka merahasiakan dan berdusta maka dihilangkan keberkahan jual beli mereka.’’ (HR Bukhari)
Ketiga, mendapat pahala seperti pahala orang syahid di jalan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Barang siapa meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah akan mengantarkannya ke dalam golongan orang-orang syahid, walaupun ia mati di atas kasurnya.’’ (HR Muslim) .
Keempat, selamat dari bahaya. Orang yang jujur walaupun pertama-tama ia merasa berat akan tetapi pada akhirnya ia akan selamat dari berbagai bahaya. Rasulullah SAW telah bersabda, ‘’Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya jujur itu mencelakakan maka pada hakikatnya ia merupakan keselamatan.’’ (HR Ibnu Abi Ad-Dunya dari riwayat Manshur bin Mu’tamir).
Kelima, dijamin masuk surga, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW, ‘’Berikanlah kepadaku enam perkara niscaya aku akan jamin engkau masuk surga: jujurlah jika engkau bicara, tepatilah jika engkau berjanji, tunaikanlah jika engkau diberi amanat, jagalah kemaluanmu, tundukkan pandanganmu, dan jagalah tanganmu.’’ (HR Ahmad dari riwayat ‘Ubadah bin Ash-Shamit).
Keenam, dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Jika engkau ingin dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka tunaikanlah jika engkau diberi amanah, jujurlah jika engkau bicara, dan berbuat baiklah terhadap orang sekelilingmu.’’ (HR Ath-Thabrani). Demikianlah, jujur penting sekali, terutama di masa ketika segala aspek kehidupan dipenuhi kepalsuan dan dusta. Di manapun berada, kejujuran harus di atas segalanya. Jujur adalah simbol profesionalisme kerja dan inti dari kebaikan hati nurani seseorang.[]